Minggu, 03 Januari 2010

BAHAN/MATERI UAS AQIDAH
SEMESTER GANJIL 2009-2010

IMAN KEPADA ALLAH

Untuk memudahkan pemahaman tentang rukun iman, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian iman . menurut bahasa iman berarti pembenaran hati, sedangkan menurut istilah, iman diartikan :
تَـصْدِيْقٌ باِ الْقَلْبِ , وَ اِ قْراَ رٌ باِ الّلِسَا نِ, وًعَـمَلٌ باِ الأَرْكاَنِ
Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. (jumhur ‘ulama’ )
Membenarkan dengan hati maksudnya menerima segala apa yang dibawa Rasul saw. Mengikrarkan dengan lisan maksudnya , mengucapkan dua kalimah syahadat, syahadat “ la ila ha illallahu wa asyahadu anna muhammadan rasulullah “ ( tidak ada Tuhan selain Allah dan sesuangguhnya Nabi mUhammad adalah utusan Allah ). Mengamalkan dengan anggota badan, maksudnya hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedang anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.
Di antara rukun iman yang enam itu ialah iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Nabi / Rasul Allah iman kepada qadla’ dan qadar Allah

A. Arti Iman Kepada Allah
Beriman kepada Allah adalah dasar dari iman. Dari ajaran asas ini timbullah bagian-bagian atau rukun-rukun iman yang lain. Bahwa beriman kepada wujud Allah adalah beriman kepada yang gaib, dan beriman kepada yang gaib memerlukan dalil-dalil yang rasional untuk membuktikan kebenaran keimanan itu. Dalam hal ini berbeda dengan kepercayaan tentang adanya hal-hal yang empiris karena dapat dibuktikan dengan sentuhan indera . Dalil-dalil tentang wujud Allah ada yang berdasarkan akal dan ada juga yang berdasarkan wahyu merupakan dalil yang lengkap bagi pengetahuan kita tentang Allah. Sebab, sesuatu yang ghaib pada dasarnya sangat sukar dapat diliputi oleh akal manusia yang terbatas, dan karena itu hanya Allah sendiri yang Mahatahu akan diri-Nya.
Dalil-dalil rasional dalam berbagai bentuknya mengenai wujud Allah telah pernah dibuat orang, terutama para filosof, dan ini merupakan warisan yang sangat berharga bagi umat beragama. Semua dalil itu menunjukkan kesepakatan mereka bahwa Allah itu ada dan Dia adalah Pencipta dan Pengendali alam semesta. Namun begitu tidak semua orang lantas beriman begitu saja dengan setelah mengetahui dan membaca dalil-dalil yang rasional itu. Betapapun kuat dan logisnya dalil-dalil tersebut, iman hanya diterima orang-orang yang memiliki kesiapan ruhani dan hidayah Ilahi. Sebab, pada hakikatnya iman itu merupakan karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki seperti halnya rezeki yang hanya diberikan kepda yang dikehendakiNya
Dari pernyataan tersebut di atas arti iman kepada Allah dapat disederhanakan seperti pengertian berikut ini: ”meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan merealisasikannya dengan perbuatan (ibadah kepada Allah)

B. Fungsi wujud dan keesaan Allah
Dalam upaya menegakkan akidah yang benar, kita menjumpai banyak ayat Al-Qur’an yang memperlihatkan berbagai dalil yang meyakinkan untuk membuktikan kebenaran wujud Allah yang berpangkal pada ajaran tauhid. Pembahasan tentang iman kepada Allah mencakup tiga hal yang sangat esensial, yaitu :
1) Wujud (eksistensi) Allah
2) Keesaan Allah ; dan
3) Sifat-sifat Allah.

Tiga hal yang terkait dengan mengimani kepada Allah tersebut adalah dengan memperhatikan dan menganalisa :
I. Wujud/ Eksistensi Allah dan Ke-EsaanNya
Dalil Al-Qur’an tentang eksistensi Allah: Keyakinan tentang eksistensi Allah adalah pembawaan asali/fitrahnya , tetapi pembawaan fitrah tersebut sering dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga perlu dibangkitkan kembali dengan suatu keadaan yang tidak disenangi, seperti firman Allah QS. Yunus(10);12

Untuk memahami wujud dan eksistensi Allah adalah :
1.) Allah memperkenalkan Diri-Nya
Tuhan memperkenalkan diriNya bahwa Dia memang ada dengan cara yang pantas sesuai dengan kesucianNya. (Hamzah Ya’kub;1984;126) menjelaskan bahwa cara Tuhan memperkenalkan diriNya ditempuh melalui:
a. Wahyu, Tuhan mengirim utusan (rasul) yang membawa pesan dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia (ditulis dalam Al-Kitab)
b. Hikmah, Tuhan menganugerahkan kebijaksanaan dan kecerdasan berpikir kepada manusia untuk mengenal adanya Tuhan dengan memperhatikan perbuatan Tuhan Yang Maha Kuasa serba teratur, cermat dan berhati-hati sebagai bukti.
c. Fitrah, Sejak lahir, manusia telah membawa tabiat perasaan tentang adanya yang Maha Kuasa karena terbatasnya kekuatan, kemampuan dan umurnya. Kesadaran akan kelemahan ini menginformasikan adanya sesuatu yang membatasinya itu, yaitu Tuhan.
Al-Qur’an mengajarkan adanya Tuhan lewat akal pikiran dan memberi bimbingan tentang metoda berpikir sistematis untuk mengenal Tuhan. Al-Qur’an menggunakan sistem dengan menggunakan unsur-unsur dan dasar, antara lain cosmologi, astronomi, antropologi dan psikologi.

2.) Dalil Cosmologi.
Bukti-bukti adanya Tuhan dapat diketahui dengan menggunakan dasar-dasar cosmologi, sebagaimana diisayaratkan Al-Qur’an Al-Qur’an surat Al-Baqarah;164:

Tuhan menyuruh manusia mempelajari cosmos dan kekuatannya yang merupakan kumpulan alam semesta yang menggambarkan adanya kesatuan di balik penampilan yang beragam sehingga dapat dipergunakan sebai-baiknya dalam menyimpulkan adanya Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Untuk memudahkan manusia menarik kesimpulan, maka Al-Qur’an mengungkapkannya dengan cara yang komunikatif dan dialogis. Perhatikan QS.Asy-syura;23-24 dan an-naml;60 berikut ini:

Al-Qur’an memberikan dasar-dasar dan membimbing dasar-dasar dan membimbing metode berpikir. Dalam usaha berpikir untuk mendapatkan kepastian kebenaran Tuhan, khusunya di bidang cosmologi adalah menyelediki sebab (causa) terjadinya kosmos yang mengharuskan akal kita mengambil keputusan, bahwa pasti ada penyebab yang menyebabkan terjadinya cosmos itu.

3). Dalil Astronomi
Tuhan memperkenalkan diriNya bahwa Dia ada dengan cara menunjuk planet-planet yang terdiri atas bintang, bulan dan matahari yang masing-masing beredar tetap pada garis orbitnya. Tidak mungkin yang satu akan melampui yang lainnya dan tidak akan keluar pula dari garis ukuran yang telah ditentukan untuknya. Semua itu sebagai bukti adanya perhitungan yang sangat rapi.
Sebagaimana ditemukan Taufiq al-Hakim (intelektual terkemuka) tentang teori al-Ta’adduliyah (keserasian), bahwa ”bumi merupakan bola (globe) yang hidup dengan seimbang dan tawazun dengan bola terbesar di alam ini, yaitu matahari” (Yusuf Qardlawi,1995,143). Fenomena tersebut sebagai hasil dan kecermatan ciptaan-Nya. Dalam QS Ath-tahriq;1-3 dan asy-syams;1 dan 2 Allah menegaskan:
Semua penegasan tersebut mendapat jawaban yang jelas dan selaras dengan teori-teori ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip kebenaran yang berdasarkan pada logika yaitu bahwa alam yang luas dan indah ini pasti ada pengaturnya yang memiliki kepandaian agung, dan penjaganya mestilah Maha Kuat dan Maha Kuasa yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan.

4). Dalil antropologi
Keistimewaan manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah terletak pada akal, ilmu pengetahuan dan ruhnya. Bukti antropologi ini dibuktikan dalam Al-Qur’an surat at-thariq;5-7 dan ar-rum;20 berikut ini:
Manusia itu sebagai makhluk berkemauan, karena Allah menghendakinya. Inilah realisasi dari makna la- haula walaa quwwata illa billah, atau, manusia itu mempunyai daya dan kekuatan untuk mengambil manfaat dan menolak bahaya. Namun daya dan kekuatannya itu bukan dari diri dan dengan dirinya sendiri, melainkan dengan dan dari Allah (Yusuf Qardlawi, 1995;63)

5.)Dalil Psikologi
Dibandingkan makhluk lain , manusia memiliki dua keistimewaan. Pertama, bentuk tubuh yang indah, sempurna dan praktis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua, jiwa yang memiliki perasaan dan kepandaian, untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapkan kepadanya dengan berpikir dan memelihara ketahanan mental (sabar). Perhatikan QS.Ar-Rum;21 berikut ini:

II. Bukti Keesaan Allah
Dalil yang berasal dari alam (dalil kauni), yaitu dalil yang bedasar wujudnya alam ini yang menunjukkan adanya Allah. Beberapa hal yang terkait dengan alam ini (penciptaan, pemeliharaan, pengendalian , ketentuan serta hukum-hukum alam) disebut dengan sunnatullah. Semua benda di alam ini tunduk pada aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah, dan karena itu dalam Al-Quran disebut dengan rabbul’alamain, seperti firman Allah dalam surat al-alaq;1-2. Allah juga menjadikannya segala sesuatu di dunia ini berpasang-pasangan. Kesimpulan apa yang ada dalam dalil kauni adalah semua yang di alam ini manusia sangat dianjurkan untuk mencermaninya bahkan studi karyawisata tentang kejadian alam ini bahkan kejadian diri manusia itu sendiri, seperti firman Allah;QSAl-Ankabut;20,adz-dzariyat 21.
Dalil pengalaman batin, dalil yang terkait dengan jiwa atau pengalaman batin manusia terdapat kesadaran tentang adanya Allah, sehingga ia merasa lebih dekat kepada-nya terutama pada saat-saat tertentu, seperti orang yang telah ”mati suri” atau orang –orang yang maqamnya ma’rifat . Orang-orang merasa ”dekat ” kepada Allah misalnya disaat ada musibah bencana yang ia tak kuasa menolaknya (sakit, gempa alam dll) dan sebaliknya orang yang ”jauh” kepada Allah disaat berada dalam kemewahan. Periksa QS. Fussilat; 51, Arrum;33, Yunus; 12. Dengan kata lain nur-iman dalam hati ibarat bintang di malam hari yang gelap gulita, ia akan datang meneranginya dan Allah selalu mengingatkan hambanya yang melupakan Allah seperti adanya musibah,bencana alam/gempa dll (bisa disebut peringatan/ujian dari Allah).
3. Dalil wahyu, melalui wahyu Allah, manusia tidak hanya dapat mengetahui wujud Allah, tetapi juga sifat-sifatNya yang Maha sempurna. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada makhlukNya, maka orang beriman kepada Allah akan senantiasa memberi kasih sayangnya kepada sesama manusia. Dia tidak berbuat dzalim kepada orang lain dan tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang. Allah Maha Pengampun dosa hambaNya yang bertobat, maka orang beriman kepadaNya akan senantiasa dan dengan senag hati akan mengampun atau memaafkan kesalahan orang lain. Dia tidak dendam dan dengki terhadap orang lain. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, maka orang yang beriman kepada Allah akan senantiasa mencari dan mencintai ilmu pengetahuan. Demikian halnya dengan sifat-sifat Allah yang lain yang patut dijadikan tuntunan dan pedoman bagi kehidupan akhlak atau moral. Nabi bersabda
تـخـلقوا بأ خلا ق الله ( berakhlak-lah kalian dengan akhlak (sifat-sifat) Allah.
Dan sesungguhnyalah iman itu merupakan sumber akhlak dan moral yang mulia dan juga merupakan daya ruhani yang kuat yang dapat membuat orang beriman lebih mampu mengahadapi berbagai macam tantangan dalam kehidupannya. Dan hanya dengan iman yang kuat, manusia dapat hidup dengan tenang dan bahagia di dunia dan akhirat
C. Sifat dan Perbuatan Allah

Sifat-sifat Allah
Sifat adalah kualitas yang melekat pada dzat. Sifat tidak memiliki arti tanpa adanya dzat. Sifat Allah yang terkandung dalam asmaNya sebagimana tercantum dalam Al-Qur’an atau yang disifatkan oleh RasulNya, secara keseluruhan menggambarkan kesempurnaan mutlak bagi Allah dan tidak satu pun yang menyamaiNya. Karena itu, selain Allah, tidak ada yang boleh dilekati sifat-sifat ke-Tuhanan. Firman Allah surat Asy-syura;11 : ... Tidak ada sesuatupun menyamai Dia”
Penyebutan sifat Allah dalam Al-Qur’an erat kaitannya dengan kandungan ayat, sehingga benar-benar dirasakan oleh yang membaca atau mendengarnya. Misalnya disebutkan dalam surat Ibrahim;8 , bahwa andaikan seluruh umat manusia di atas bumi ini mengingkari nikmat Allah, hal itu tidak akan mempengaruhi sedikitpun sifat Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Terpuji
“Musa menyatakan : jika kamu dan semua orang di atas bumi ini mengingkari nikmat Allah, sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji”
Beriman kepada Allah berarti manusia wajib beritikad dengan penuh yakin akan sifat-sifat yang wajib, sifat-sifat yang mustahil serta sifat-sifat yang harus bagiNya. Adapun sifat-sifat yang wajib bagi Allah (sifat-sifat yang merupakan kesempurnaan uluhiyyah Nya dan kebesaran rububiyyahNya ada tiga belas. Demikian pula jumlah sifat-sifat yang mustahil bagiNya. Sedangkan yang harus bagi Allah hanya satu sifat saja (Allah harus atau boleh berbuat sesuatu yang mungkin menurut kehendak dan kuasaNya). Misalnya Allah boleh menghidupkan, mematikan dst . Penjelasan masing-masing sifat tersebut adalah sebagai berikut:
Al-wujud (ada), lawannya tidak ada
Al-Qidam (tidak ada), lawannya baru
Al-Baqa’ (kekal) lawannya binasa
Qiyamuhu Binafsihi (berdiri sendiri) lawannya berdiri dengan lainnya
Mukhalafatul lilhawaditsi (berbeda dengan makhluk, lawannya serupa
Al-Wahdaniyyah (Esa) lawannya banyak
Al-’Ilmu ( mengetahui) lawannya tidak mengetahui
Al-Iradah (berkehendak), lawannya tidak berkehendak
Al-Qudrah(kuasa) lawannya lemah
Al-Hayah (hidup) lawannya mati
As-sama’ (mendengar) lawannya tuli
Al-Bashar (melihat) lawannya buta
Al-Kalam (berbicara) lawannya bisu
Dengan mengenal sifat Allah, seseorang akan dapat lebih mengerti Allah, Tuhan yang Maha Esa dan hanya Dia yang boleh disembah.

Perbuatan Allah
Perbuatan Allah berdasarkan ilmu dan iradat (kehendak) Nya. Allah menciptakan alam semesta mempunyai tujuan yang jelas dan tidak sia-sia. Adanya ketertiban, keteraturan dan keserasian ciptaan itu dikehendaki oleh Allah.
Statemen kaum Mu’tazilah (aliran ilmu kalam) bahwa Tuhan mempunyai kewajiban terhadap manusia adalah sebagai konsekuensi konsepnya tentang keadilan Tuhan, yang bagi golongan Asy’ari menolaknya karena bertentangan dengan faham kekuasaan dan kehendak Allah. Yang perlu digaris bawahi bahwa pro dan kontra pemikiran aliran kalam mencakup kedudukan akal dan kemampuan akal. Sedangkan Allah mempunyai sifat berkehendak apabila Allah mengatakan kun (terjadi) fayakuun (maka terjadilah).

D. Hal-hal yang merusak potensi untuk merusak iman
Yang dapat merusak iman seseorang adalah syirik yaitu menyekutukan Allah SWT dengan makhlukNya, baik dalam dimensi rububiyyah, mulkiyyah maupun ilahiyyah, secara langsung atau tidak langsung, secara nyata ataupun terselubung.(Yunahar Ilyas,1992,74).
Dalam dimensi rububiyyah misalnya meyakini bahwa ada makhluk yang mampu menolak segala kemadlaratan dan meraih segala kemanfaatan, atau dapat memberikan berkah.
Dalam dimensi mulkiyyah misalnya mematuhi sepenuhnya para penguasa non muslim-bukan terpaksa- di samping menyatakan patuh kepada Allah, padahal pemimpin non muslim itu menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan sebaliknya mengharamkan apa yang dihalalkan Allah atau mengajaknya melakukan kemaksiatan.
Dalam dimensi ilahiyyah misalnya berdo’a kepada selain Allah. Esensi ajaran tauhid adalah membebaskan manusia dari penyembahan sesama makhluk , menuju penyembahan Allah SWT semata.

“ Bahwa sesungguhnya syirikitu adalah aniaya yang besar”QS.Luqkam;13.

... فـمن يكفر با الطا غو ت و يؤ من با الله فـقد استمسك با العر وة الو ثقى لا ا نفصا م لها...
”Barang siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus”.
Ada tiga macam bentuk syirik
1. Penyembahan selain Allah (batu , berhala, pohon dll)
2. Menyekutukan sesuatu dengan Allah, yaitu meyakini bahwa benda-beda atau manusia mempunyai sifat ke Tuhanan
3. Menjadikan orang lain sebagai tuhan-tuhan mereka
Syirik merupakan suatu jalan yang akan memerosotkan nilai kemanusiaan, sebab manusia adalah makhluk yang dimuliakan Allah dan hanya dibenarkan menundukkan dirinya dan ber-Tuhan kepada Allah saja.


IMAN KEPADA MALAIKAT

A. Identifikasi malaikat dalam perspektif Al-Qur’an
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan Imam Muslim ada disebutkan bahwa manusia diciptakan Allah dari tanah, malaikat dari nur (cahaya) dan jin dijadikan dari api. Oleh karena itu untuk memudahkan memahami identifikasi malaikat dikemukakan beberapa hal yang terkait dengan malaikat Allah:
Sifat-sifat malaikat:
1) Diciptakan Allah dari cahaya (nur)
2) Tidak dapat dilihat manusia walaupun berada di tengah mereka. Dalam suatu hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim, nabi berkata kepada istrinya (Aisyah):” wahai Aisyah” ini Jibrail menyampaikan salam kepadamu”. Pada waktu Nabi mengatakan begitu Aisyah tidak dapat melihat Malaikat yang berada di sampingnya. Bahkan setiap orang didampingi oleh dua malaikat yang bertugas menulis amalannya, tetapi ia tidak dapat melihatnya
3) Dapat membentuk diri dalam wujud manusia rupawan seperti malaikat yang datang bertamu kepada Nabi Luth, sehingga kaumnya terpedaya dengannya. (QS Hud, 77):

4) Mempunyai kekuatan yang luar biasa dengan izin Allah (QS;annajmu;4-5)

“ucapannya tiada lain adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) yang diajarkan kepada oleh (Jibril) yang sangat kuat
5) Senantiasa bertasbih siang dan malam memuji Allah dan tidak pernah durhaka kepadaNya (QS;Alanbiya;19-20)

“dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisiNya, mereka tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembahNya dan tiada pula merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya”
6) Tidak mempunyai hawa nafsu (tidak makan/minum, tidak kawin dan tidak beranak, tidak mempunyai sifat-sifat manusia (QS,azzuhruf;19)


7) Senantiasa tunduk dan patuh sepenuhnya kepada perintah Allah dan tidak melanggar sedikitpun laranganNya (QS an-nahl;49-50)

Tugas-tugas malaikat:
a. Malaikat Jibril ditugaskan menyampaikan wahyu kepada Rasul-rasulNya. Jibril sebagai ruhul amin/ruhul qudus (QS.asy-syu’ara’;192-193, al-baqarah;87)
“dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putra Maryam, dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus (Jibril)
b. Malaikat Mikail ditugaskan menurunkan hujan dan memberi rezeki kepada makhluk (QS.al-baqarah;98)
c. Malaikat Israfil ditugaskan untuk meniup sangkakala pada hari akhirat (QS.an-naba’;18)
d. Malaikat Izrail diberi tugas mengambil ruh manusia disertai dengan beberapa pembantu seperti yang disebut dalam firman Allah QS assadah;11 dan al-an’am;61.
e. Delapan Malaikat yang ditugaskan memikul ’arasy pada hari akhirat (QS al-ahqaf;17) cek lagi
f. Malaikat Ridwan diberi tugas menjaga surga dengan dibantu beberapa malaikat seperti (QS ar-ra’d;23-24)
g. Malaikat Zabaniyyah diberi tugas menjaga neraka yang jumlahnya sembilan belas (19) malaikat dan diketuai oleh malaikat Malik (QS.al-’alaq;17-18)
h. Malaikat Kiraman –Katibin atau Raqib-’Atid yang bertugas mencatat amalan manusia (QS.al-infithar;10-12) dan QS ;Qaaf;18
i. Malaikat Munkar dan Nakir bertugas menanyakan orang dalam kuburnya tentang Tuhannya, agamanya, nabinya, dan lain-lain (hadis riwayat Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad)
j. Para malaikat yang bertugas meminta ampun kepada Allah bagi orang-orang yang beriman dan berdo’a bagi kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat (QS. Ghafir:7-9. Dalam hadis sahih disebutkan bahwa malaikat turut serta bersama-sama makmum membaca ”aamin” dalam shalat jama’ah. Juga turut hadir dalam shalat jama’ah subuh dan isya’, turut hadir menyaksikan dalam majlis dzikir

D. Hikmah iman kepada malaikat

Iman kepada malaikat adalah salah satu rukun iman yang tidak boleh sedikitpun bercampur dengan keraguan. Iman kepada malaikat termasuk dalam pengertian ”albirru” (kebajikan) sebagaimana yang dinyatakan Allah QS;al-baqarah; 177):

“tetapi yang disebut kebajikan itu adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta Malaikat…”
Adapaun hikmat beriman kepada malaikat antara lain:
Lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang menciptakan dan menugaskan para Malaikat tersebut
Lebih bersyukur kepada Allah SWT atas perhatian dan perlindunganNya terhadap hamba-hambaNya dengan menugaskan para Malaikat untuk menjaga, membantu dan mendo’akan hamba-hambanya
Berusaha berhubungan dengan para Malaikat dengan jalan mensucikan jiwa, membersihkan hati dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, sehingga seseorang akan sangat beruntung bila termasuk golongan yang dido’akan oleh para malaikat, sebab do’a malaikat tidak pernah ditolak Allah
Berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala kemaksiatan serta ingat senantiasa kepada Allah SWT, sebab para malaikat selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.
Di sini jelas sekali betapa erat hubungan iman dengan amal yang saleh. Semakin kuat iman seseorang semakin banyak pula amal baik yang dilakukan dan perkataan yang baik yang diucapkan. Demikian pula sebaliknya. Iman menuntut seorang muslim selalu menjadi seorang hamba Allah yang baik dan jujur di segala tempat dan masa.


IMAN KEPADA NABI

A. Identifikasi Nabi dalam perspektif Al-Qur’an
Beriman kepada rasul-rasul Allah termasuk dalam rukun iman yang keempat. Dalam Al-Qur’an surat annisa’;164 Allah menyatakan bahwa tidak semua para rasul itu diceritakan Allah kepada Nabi Muhammad dan hanya sebanyak 25 orang saja yang disebutkan namanya dalam Al-Qur’an dan yang juga wajib diketahui dan diimani.

Lima orang di antara mereka adalah sebagai ulul ’azmi, ( Nabi Nuh,Ibrahim,Musa,Isa dan Nabi Muhammad SAW). Artinya sebagai pejuang agung yang memiliki semangat yang kuat dan himmah (cita-cita) yang tinggi serta kesabaran yang tangguh dalam berdakwah, memanggil umatnya untuk beriman kepada Allah dan menyembahNya semata, tidak memperserikatkanNya dengan sesuatu apapun. Jumlah para rasul yang 25 itu ialah: Adam,Idris, Nuh,Hud, Saleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Ya’kub, Yusuf, Ayyub, Syu’aib, Musa, Harun, Yunus, Daud, Sulaiman, Ilyas, Zulkifli, Ilyasak, Zakariya, Yahya, Isa dan Nabi Muhammad SAW.
Dalam hubungan dengan iman kepada Rasul perlu dijelaskan hal-hal yang berikut ini:
Nubuwwah . Kata ini berasal dari kata naba’ yang berarti ”kabar atau berita”. Dalam pengertian syara’ nubuwwah adalah pemilihan atau penentuan Allah akan seseorang hambanNya untuk diturunkan wahyu kepadanya. Jadi Nabi adalah seorang pilihan Allah untuk diturunkan wahyu kepadanya. Dia adalah seorang manusia biasa seperti halnya orang lain, tetapi dengan turunnya wahyu kepadanya maka ia telah menjadi seoeang Nabi
Risalah. Dari segi bahasa, kata ini berarti memberi arahan dengan suatu tugas atau perintah. Dalam pengertian syara’ kata ini berarti pemberian tugas atau perintah oleh Allah kepada seseorang nabi untuk menyampaikan wahyu atau syariatNya kepada manusia. Jadi, rasul adalah seorang nabi yang ditugaskan Allah untuk menyampaikan wahyu atau firman-Nya kepada umat manusia. Ini berarti, setiap rasul adalah nabi dan tidak setiap nabi itu rasul.
Dalam masalah ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Nubuwwah dan risalah itu merupakan karunia Allah yang diberikan kepada seseorang hambaNya, bukan karena usaha atau ijtihadnya.
Nubuwwah itu mendahului risalah. Nabi dan rasul pada hakikatnya adalah sama, yakni orang yang menerima wahyu dari Allah. Hanya nabi itu disebut rasul karena ia ditugaskan menyampaikan wahyu itu kepada manusia. Jika tidak, maka ia disebut nabi.
Dengan demikian jumlah nabi lebih banyak daripada rasul. Nabi yang tidak bertugas menyampaikan risalah adalah beramal dan berfatwa dengan syariat rasul yang terdahulu (QS. Al-baqarah 246-249

B. Hikmah iman kepada Nabi
Di antara hikmah iman kepada nabi adalah:
1. Dapat menjadikan suri teladan sifat-sifat Rasul ( Sidiq , tabligh,amanah dan fatonah ) dalam kehidupan sehari-hari
2. Mengetahu mukjizat yang diberikan Allah kepada rasul yang kelak di akhirat akan dapat memberikan pertolongan yang lazim disebut ” syafa’atul ’uzma ” yaitu pertolongan yang agung khusus akan diberikan kepada yang mengimani nabi sebagai rasul Allah.
Dalam hubungan dengan mu’jizat itu terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui, yaitu:
o Mu’jizat, yaitu kejadian yang luar biasa yang lahir pada seseorang yang mengakui dirinya sebagai rasul dari Allah
o Karomah, yaitu kejadian yang luar biasa yang lahir pada orang-orang saleh atau wali-wali Allah yang tidak mendakwakan dirinya sebagai nabi. Karamah ini lebih rendah tingkatnya daripada mukjizat dan sangat bersifat individual serta tidak dimaklumkan (diketahi) kepada orang ramai. Contoh adanya karomah ini tedapat dalam Al-Qur’an seperti kisah ash-hab al-kahfi yang tidur selama 309 tahun dalam gua dan kemudian mereka bangun kembali hidup seperti biasa. Kisah mereka ini, yang masyhur dengan kisah auliya tujuh, diceritakan Allah dalam surat al-kahfi. Dan juga karomah Siti Maryam, ibu Nabi Isa As., yang mengandung tanpa sentuhan lelaki dan juga mendapat rezeki dari Allah secara langsung, tanpa usaha. Kisah ini diceritakan Allah dalam QS Ali-Imran ; 37 :

o Ma’unah, yakni kejadian yang luar biasa yang lahir pada orang-orang awam sebagai bantuan Allah kepadanya bagi melepaskan atau menyelamatkannya dari malapetaka. Misalnya kita sering mendengar pesawat terbang yang jatuh atau kapal laut yang terbakar dan tenggelam akan tetapi ada saja seorang atau dua orang yang selamat demikian juga halnya musibah gempa beberapa bulan yang lalu sebagian besar meninggal tetapiada juga sebagian yang lain yang hidup sekalipun menurut perhitungan manusia dianggap sudah meninggal mengalami nasib yang serupa, tetapi dengan ma’unah Allah mereka selamat
o Ihanah, yakni kejadian yang luar biasa yang lahir pada orang yang mengaku dirinya sebagai nabi, tetapi sebenarnya ia pendusta. Apa yang lahir padanya adalah kebalikan dari dakwaannya dan ini merupakan penghinaan (ihanah ) dari Allah SWT kepadanya seperti terjadi pada Musailamah al-kazzab
o Istidraj, yakni kejadian yang luar biasa yang lahir pada orang yang fasik yang mendakwa dirinya sebagai tuhan seperti apa yang akan lahir pada Masih ad-Dajjal pada akhir zaman
o Irhash, yaitu kejadian yang luar biasa yang lahir pada seseorang nabi sebelum menjadi rasul, seperti Nabi Isa As, yang dapat bercakap selagi masih bayi dalam ayunan, dan Nabi Muhammad SAW, yang dilindungi oleh awan dalam perjalanan ke Damaskus


IMAN KEPADA KITAB ALLAH

A. Identifikasi Kitab Allah dalam perspektif Al-Qur’an

Sesuai dengan kedudukanya sebagai wahyu Allah yang terakhir, maka Al-Qur’an merupakan Kitab Allah yang paling lengkap dan sempurna, berfungsi menyempurnakan dan mengoreksi kitab-kitab Allah sebelumnya (QS Al-Maidah;3):
Mengimani Kitab-kitab Allah sebelum Al-Qur’an berarti mempercayai bahwa Allah telah menurunkan Kitab-kitab Nya kepada para Nabi dan Rasul sebelum Al-Qur’an. Mengingat bahwa Al-Qur’an adalah Kitab Allah terakhir dan disampaikan kepada Nabi yang terakhir pula, maka Allah menegaskan tentang jaminan pemeliharaan Al-Qur’an,sebagaimana ditegaskan dalam suat Al-Hijr, 9 berikut:

Keimanan kita kepada kitab-kitab suci tersebut tidak berarti bahwa kita juga wajib berpegang kepadanya sebagai tuntunan dan hidayah bagi kita dalam hidup di dunia ini. Kita wajib percaya bahwa kitab-kitab tersebut sudah banyak mengalami perubahan oleh perbuatan manusia sendiri, dan karena itu kandungan kitab-kitab itu hanya dipercayai sebagai ajaran yang berasal dari Allah jika sesuai dengan apa yang terkandung dalam ajaran Al-Qur’an. Ini berarti bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir yang diturunkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir yang diturunkan Allah untuk umat manusia sebagai tuntunan dan hidayah dalam kehidupannya di dunia ini. Hanya dengan beriman dan berpedoman kepada ajaran Al-Qur’an, manusia akan senantiasa berada pada jalan yang lurus, jalan yang haq yang menjamin kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Allah berfirman dalam surat al-Isra’;9:

Penegasan seperti itu tidak dijumpai dalam kitab-kitab Allah sebelumnya, sehingga Al-Qur’an berfungsi sebagai korektor terhadap kitab-kitab sebelumnya.

B.Hikmah iman kepada Kitab Allah

Di antara hikmah iman kepada kitab Allah adalah:
1) Membenarkan dengan penuh keyakinan bahwa Allah mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hambaNya
2) Mengetahui keutuhan dan keaslian Al-Qur’an
3) Menguatkan kebenaran kitab-kitab Allah sebelumnya
4) Mengetahui mukjizat Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad
5) Dapat mempelajari isi Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan pribadi, keluarga , masyarakat, negara maupun secara internasional , yang meliputi aspek ekonomi, politik, pendidikan budaya maupun aspek kehidupan yang lainnya.
6) Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain, sehingga dapat membaca, mengamalkannya
7) Sebagai pedoman hidup manusia sepanjang hidup di dunia dan akhirat
8) Dapat membedakan antara yang benar dan yang salah (antara yang haq dan yang batil)
9) Senantiasa dapat hidup di jalan yang lurus

Demikian hikmah iman kepada Kitab Allah dan sebagai penguat adalah sabda nabi :’ khoirukum man ta’allamahu wa ’allamahu” artinya sebaik-baik manusia adalah orang yang mau belajar Al-Qur’an dan mengajarkan kepada orang lain”




IMAN KEPADA HARI AKHIR DAN KEHIDUPAN AKHIRAT

A. Teori proses terjadinya hari akhir

Iman terhadap adanya hari akhir merupakan kewajiban bagi setiap muslim, karena iman tersebut termasuk salah satu rukun di antara rukun iman. Dalam Al-Qur’an kita sering menjumpai ayat-ayat yang menyebut tentang iman kepada hari akhirat setelah iman kepada Allah. Demikian pula halnya dalam hadis-hadis Nabi. Sebab beriman kepada Allah berarti juga beriman kepada kebenaran firmanNya, yakni Al-Qur’an, yang antara lain mengajar kita tentang adanya janji Allah kepada orang-orang yang berbuat baik dan juga kepada orang-orang yang berbuat jahat dengan berbagai balasan nanti di akhirat. Dengan adanya janji Allah tersebut berarti Allah telah menentukan adanya hakikat kehidupan kedua setelah kehidupan ini, kehidupan yang bersifat perhitungan dan pembalasan, suatu kehidupan lain yang merupakan perwujudan keadilan Ilahi. Allah yang mahaadil tidak akan membiarkan kebaikan dan kejahatan yang dilakukan manusia di muka bumi ini berlalu begitu saja. Kepercayaan kepada adanya hari akhirat yang padanya keadilan akan ditegakkan sepenuhnya merupakan suatu tuntutan rasa keadilan manusia yang tidak rela melihat kezaliman yang dilakukan orang terbiarkan begitu saja tanpa adanya hukuman atau balasan yang setimpal. Dan Allah SWT akan mewujudkan keadilan-Nya pada hari itu karena Dia adalah Hakim Yang Maha adil seperti firman-Nya dalam surat at-tin;7-8 :

Semua agama samawi memiliki ajaran tentang kehidupan akhirat, karena dasar kepercayaan kepada hari akhirat adalah sangat berkaitan dengan kehidupan ruhani. Adapun yang dimaksud dengan hari akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan di dunia yang fana ini berakhir, termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada Hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur (ba’ats), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang mahsyar (hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan manusia di dunia ( hisab), penimbangan amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (wazn) , sampai kepada pembalasan dengan surga atau neraka (jaza’).
Pembahasan tentang hari akhir ini dimulai dari pembahasan tentang alam kubur karena peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil , dan juga karena orang-orang yang sudah meninggal dunia telah memasuki bagian dari proses hari akhir yaitu proses transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan di akhirat. Alam transisi tersebut dinamai dengan alam barzakh.
Di samping istilah hari akhir , Al-Qur’an juga menggunakan istilah atau nama-nama lain, yang masing-masing nama menunjukkan peristiwa, keadaan atau suasana yang akan dialami oleh umat manusia dalam proses menuju kehidupan yang abadi tersebut. Nama-nama itu adalah:
1. Yaumul Qiyamah( hari kiamat, QS.Az-zumar;60)
2. Yaumul Ba’ats (hari kebangiktan,QS. Arrum;56)
3. Yaumul hisab (hari perhitungan , QS. Al-mukmin;27)
4. Yaumul Din (hari pembalasan, QS Al-Fatikhah,3)
5. Yaumul fath (hari kemenangan, QS as-sajadah;29)
6. Yaumul Talaq (hari pertemuan,QS Al-mukmin,15-16)
7. yaumul Jami’ (hari berhimpun,QS at-taghabun; 9)
8. Yaumul Taghabun (hari ditampakkan kesalahan-kesalahan, QS at-taghabun;9)
9. Yaumul Khulud (hari kekekalan, QS.Qaf;42)
10. Yaumul khuruj (hari keluar, QS,Qaf;42)
11. Yaumul hasrah (hari penyesalan, QS Maryam ;39)
12. Yaumut Tanad (hari panggil memanggil QS.al-mukmin, 32)
13. Yaumul fasl (hari keputusan, QS An-naba’;17)
14. As-sa’ah (waktu, QS al-qamar;1)
15. Al-Akhirah (akhirat,QS Al-A’la; 16-17)
16. Al-Azifah (peristiwa dekat, QsAn-najm; 57)
17. At-Thammah (mala petaka besar, QS An-Nazi’at;34)
18. As-Shakhah (tiupan sangkakala yang kedua, QS ‘Abasa;33)
19. Al-Ghasyiyah (kejadian yang menyelubungi, QS Al-ghasiyah;1)
20. Al-waqi’ah ( peristiwa dahsyat, QS al-waqi’ah;1)
21. Dan lain-lain, sedangkan istilah yaumul akhir terdapat antara lain dalam surat al-baqarah;177:

Yang dimaksud dengan proses dan peristiwa hari akhir adalah kronologis peristiwa yang akan dilalui oleh umat manusia pada Hari Akhir nanti,mulai dari Kiamat sampai Pembalasan dengan surga atau neraka, tetapi seperti yang sudah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, bahwa pembahasan akan dimulai dari alam kubur, yaitu alam transisi dari alam dunia menuju alam akhirat.
1. Alam kubur
Yang dimaksud alam kubur bukanlah semata kuburan, tetapi alam yang dimasuki oleh setiap orang yang akan meninggal dunia, apakah dia dikuburkan atau tidak dikuburkan. Misalnya jasad Fir’aun, meskipun sampai sekarang masih utuh sebagai mummi dan disimpan di Musium Tahrir Cairo Mesir, namun tetap tidak bisa terbebas dari alam kubur. Begitu juga jasad-jasad lain yang utuh maupun yang hancur bagai tepung tetap memasuki alam kubur.
Alam kubur sama dengan alam barzakh ( yang membatasi antara dua hal, dunia dan akhirat). Setelah memasuki alam kubur akan ditanya Malaikat Munkar dan Nakir tentang Tuhan, agama dan nabinya. Orang yang beriman akan menjawab: Tuhanku Allah, agamaku Islam, dan nabiku Muhammad SAW. Sedangkan orang yang tidak beriman atau orang yang ragu akan menjawab tidak tahu dan disiksa. Yang menentukan bisa/tidaknya menjawab adalah iman dan amal salehnya selama di dunia. Oleh sebab itu tidak harus ada persiapan seperti ujian di perguruan tinggi,, kecuali meningkatkan kualitas iman dan amal saleh untuk mencari keridlaan Allah SWT semata. Setiap orang yang lulus dalam ujian menjawab pertanyaan ujian di alam kubur akan merasakan kenikmatan dan sebaliknya.
Kesalahan mendasar tentang orang-orang yang mempertanyakan logis tidaknya kenikmatan dan siksaan kubur adalah membandingkan keadaan di alam ghaib dengan keadaan di alam nyata di dunia ini, padahal keduanya jelas merupakan dua alam yang sangat berbeda. Nash –nash Al-Qur’an dan sunnah yang dijadikan dalil adanya pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir serta adanya kenikmatan dan siksaan di alam kubur adalah antara lain sebagai berikut: QS. Ibrahim;27, QS.al-mukmin; 45-46,

dan hadis riwayat Imam Bukhari Muslim yang artinya: ”Sesungguhnya jika seseorang telah diletakkan di dalam kuburannya dan ditinggalkan oleh teman-temannya, maka ia mendengar bunyi sandal mereka, maka saat itu ia didatangi oleh dua Malaikat yang kemudian mendudukkannya dan bertanya: ”Bagaimana pendapatmu tentang orang ini (maksudnya Nabi Muhammad SAW). Adapun seorang mukmin akan menjawab: Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba dan utusan Allah, lalu malaikat itu berkata kepadanya:” Lihatlah, tempatmu di neraka sana sudah diganti oleh Allah dengan tempat di surga, kemudian dia melihat kedua tempat itu. Adapun orang munafik dan orang kafir, ketika ditanya, bagaimana pendapatmu dahulu tentang orang ini, maka ia menjawab:”Saya tidak tahu. Saya hanya mengatakan apa kata orang saja”. Lalu dikatakan kepadanya:”Kamu tidak tahu dan tidak pernah membaca namanya?. Lalu ia dipukul dengan palu besi sehingga menjerit kesakitan, yang jeritannya itu terdengar oleh makhluk di sekitarnya, kecuali oleh manusia dan jin. ” (Hadis Muttafaq ’alaih)
Dalam suatu hadis riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Abi Hatim dijelaskan oleh Rasulullah SAW bahwa setelah seorang mukmin menyatakan kesaksiannya tentang Muhammad Rasulullah, dibukakanlah untuknya pintu ke arah surga dan dikatakan kepadanya :”Inilah tempat tinggalmu dan itu pulalah yang disediakan Allah untukmu yakni segala sesuatu yang ada di dalamnya”. Mayat itu merasa memperoleh kenikmatan besar dan amat suka cita hatinya. Kemudian diluaskanlah untuknya tempat yang ada dalam kuburnya itu sampai tujuh puluh hasta dan diberi penerangan sinar pula di dalamnya. Tubuhnya dikembalikan sebagaimana permulaan dulu. Rohnya diletakkan dalam kelompok roh yang suci (Sayid Sabiq;1986, hal.392)

2. Kiamat
Kiamat pasti terjadi, tetapi tidak seorangpun yang tahu termasuk para Nabi dan Rasul-kapan akan terjadi. Dalam hal ini Allah berfirman:QS.Al-A’raf;187).

Di antara tanda-tanda kiamat:
1) Kiamat kecil (tanda-tandanya):
a) Sudah dekat diumpamakan jarak antara dua jari tengah
b) Apabila budak wanita melahirkan tuannya, orang-orang tidak bertelanjang kaki, berpakaian compang camping, miskin dan pengembala kambing berlomba-lomba dalam kemegahan bangunan
c) Lenyapnya ilmu pengetahuan, meluasnya kebodohan, banyak MIRAS dan perzinaan terjadi secara terang-terangan
d) Adanya peperangan antara dua kelompok besar, padahal dakwah keduanya sama
e) Jumlah wanita lebih banyak (1:40) dan mengajak bersenang-senang
f) Waktu terasa pendek (satu tahun sama dengan satu bulan
g) Banyak terjadi gempa bumi, banyak timbul fitnah, banyak terjadi pembunuhan, orang-orang bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang menjulang tinggi (HR Bukhari), amanah banyak disia-siakan , banyak orang yang ingin mati, umat Islam patuh kepada umat lain dan lain sebagainya (HR Bukhari dan Muslim dan Malik)
o Tanda-tanda besar
a) Keluarnya asap (dukhan)
b) Keluarnya sejenis binatang yang aneh bentuknya (ayam berkaki empat, kambing berkepala dua, dst)
c) Munculnya dajjal
d) Terbitnya matahari dari barat
e) Turunnya Isa putra Maryam
f) Munculnya Yakjuj Makjuj
g) Terjadinya gerhana di timur, di barat, gerhana di jazirah Arabia
h) Keluarnya api dari Yaman (HR. Muslim)

2).Peristiwa Kiamat
a) Di kala keadaan manusia tiba di puncak kerusakan moral, kekufuran dan kekejaman itu , lalu Allah memerintahkan Malaikat Israfil meniup sangkakala atau ”terompet” besar yang berbunyi terdengan dari timur sampai ke barat, bahkan sampai ke ruang angkasa luar sekalipun.
b) Bumi bergoncang sehebat-hebatnya, gunung-gunung beterbangan meletus menjadi abu, air lautan bergulung-gulung tak beraturan (tsunami). Terkjadi letusan demi letusan di mana-mana, terjadi kilat yang luar biasa tajamnya sehingga membutakan segala mata. Hati dan jantung berdebar, mata mejem ketakutan, terjadilah kematian total yang serentak bagi segala makhluk yang hidup. Yang tetap hidup zat Allah Yang Maha Hidup dan tidak akan mati selamanya. Dan yang terakhir mati adalah malaikat Israfil dan kemudian malaikat maut sendiri.
c) Tentang kehancuran alam semesta periksa (QS Al-Zalzalah;1-3; Al-Qari’ah; 1-5; Az-Zumar; 68)




3. )Kebangkitan
Setelah tiupan terompet Malaikat Israfil yang kedua, dibangkitkanlah seluruh manusia dari kematiannya. Nyawa dikembalikan dari jasad masing-masing. Dihidupksan pula jin, iblis dan malaikat . Pada waktu kebangkitan itu terjadi orang-orang kafir dan munafik berkata:” aduh, celakalah kami ! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami? (QS.Yasin;52).

Wajar kalau kaget karena ketika di dunia mereka sama sekali tidak percaya adanya hari berbangkit

4. )Berkumpul di Mahsyar
Setelah kebangkitan, semua manusia berkumpul di padang mahsyar menunggu perhitungan amal perbuatan mereka di dunia. Waktu itu manusia akan berbeda-beda sesuai amal perbuatannya

5. )Perhitungan dan penimbangan
Perhitungan akan dilakukan sesuai dengan isi ”kitab” yang mencatat seluruh amalan seseorang di dunia dan dilaksanakan seadil-adilnya.

6. )Pembalasan
Suatu waktu terjadinya pembalasan Allah kepada semua manusia sesuai dengan amalnya di dunia. Perhatikan QS Al-Qari’ah :6-9

dan hadis riwayat Bukhari, Muslim dan Nasai :” ahli surga akan masuk surga dan ahli neraka akan masuk neraka. Kemudian Allah ta’ala berfirman: Keluarkanlah dari neraka itu siapa saja yang di dalam hatinya ada keimanan sekalipun seberat biji sawi”. Dan hadis riwayat Bukhari, Muslim dan Tirmidzi seperti berikut:” akan keluar dari neraka siapa saja yang mengucapkan La Ila-ha Illallah, sedang dalam hatinya ada kebaikan seberat biji kacang...”

B. Hikmah iman kepada hari akhir

Diantara hikmah iman kepada hari akhr adalah:
1) Seseorang akan disiplin dan berusaha maksimal untuk mematuhi ajaran Allah SWT karena semua amal seseorang dibukukan
2) Seseorang akan terdorong merasakan segala kenikmatan dan sik saanNya
3) Mengingatkan orang-orang yang sering terlupa dan lalai dalam kehidupannya karena terpengaruh dengan segala kesenangan hidup di dunia
4) Dapat mematahkan argumentasi para penentangnya atau mematahkan dalil-dalil yang sebenarnya tidak ilmiah dari orang-orang yang tidak percaya dengan adanya Hari Akhir
Kesimpulan : seorang mukmin wajib beriman dengan Hari Akhr dengan segala proses, peristiwa dan keadaan yang terjadi pada Hari itu sesuai dengan apa-apa yang telah diberitakan di dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul tanpa mengurangi dan menambah-nambahnya, dan untuk hal-hal yang sifatnya teknis tidak perlu diselidiki dan dibahas setail karena hal itu tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang meyakinkan, sebab termasuk hal ghaib (metafisik)

C. Kehidupan surga dan neraka

Proses terakhir yang akan dialami manusia pada hari akhirat adalah masuknya orang-orang mukmin yang bertakwa ke dalam surga, dan masuknya orang-orang kafir ke dalam neraka. Sebagian ulama’ mengatakan bahwa hukum wajib, sunnat, haram, makruh dan mubah adalah alat untuk mengukur sejauhmana seseorang layak untuk memasuki wilayah surga dan mana yang layak masuk neraka. Dua kehidupan yang nantinya akan dialami oleh setiap manusia itu adalah janji Allah yang pasti akan terjadi.
Surga adalah tempat terakhir bagi orang-orang mukmin yang saleh dan terdiri dari delapan pintu yang terbagi kepada beberapa derajat dan tingkatan yang berbeda-beda. Dan orang-orang mukmin akan menempati tingkatan yang sesuai dengan iman dan amalannya di dunia. Yang tertinggi tingkatannya adalah surga firdaus yang akan diberikan kepada para nabi dan orang-orang mukmin yang dikehendaki Allah (QS.Ali-Imran;133, 15, al-Kahfi;107-108, Qs Muhammad; 15, at-Thur, 17-20; 23-24; at-taubah; 72.
Sebaliknya tempat-tempat orang –orang yang menjadi penghuni neraka. Neraka mempunyai tujuh pintu dan setiap pintu dibagi beberapa bagian. Penghuninya akan menerima azab dan siksa berbeda-beda mengikut amalan keji dan munkar yang dikerjakan dahulu di dunia.
Orang-orang mukmin yang dosanya lebih banyak daripada pahala, atau amal buruknya lebih besar daripada amal baiknya, maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka dan setelah mengalami siksa atau azab dari sebab amalannya, dia akan dimasukkan ke dalam surga kecuali jika orang tersebut telah mendapat ampunan Allah sebelumnya.. Sedang orang mukmin yang seimbang amal baik dan buruknya ditempatkan pada suatu tempat yang disebut al-a’raf (tempat antara surga dan neraka, QS.al-a’raf;46)

Simbol-simbol yang menggambarkan tentang keadaan surga dan neraka secara jelas digambarkan Allah SWT dalam firmanNya, yang gambaran-gambaran tersebut memang sulit dibandingkan dengan keadaan alam dunia. Oleh karena itu penggambaran surga dan neraka dalam Al-Qur’an dan hadis kiranya serba tanda tanya karena tidak ada yang dapat dibandingkan dengan kenikmatan dan kesengsaraan yang ada di dunia.
Beberapa dalil yang menunjukkan keadaan kehidupan di surga dan neraka sebagai berikut:QS .Al-Kahfi;30-31 yang artinya: ”sungguh orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan. Bagi mereka surga tempat tinggal yang kekal, dan dari bawah mereka mengalir sungai-sungai; mereka diberi perhiasan berupa gelang-gelang emas, mereka berpakaian warna hijau dari sutera tipis da sutera tebal yang ditenun dengan campuran benang emas; mereka tidur di atas kasur-kasur yang empuk. Pahala yang sebaik-baiknya dan tempat beristirahat yang sebagus-bagusnya.
Ayat lain yang menggambarkan keadaan surga dan mungkin sulit dibandingkan dengan keadaan di dunia, yaitu QS Muhammad;15 :yang artinya:”gambaran surga yang dijanjikan kepada merka yang takwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai dari khamar atau minuman keras yang dirasakan enak bagi mereka yang meminumnya, terdapat pula sungai-sungai dari madu yang dibersihkan, merekapun menikmati segala macam buah-buahan di dalam surga, dan mendapat ampunan dari Tuhan mereka. Apakah mereka seperti orang yang kekal di dalam neraka, dan diberi minum air sangat panas sehingga menghancurkan perut mereka.
Adapun kehidupan neraka sebagimana firman Allah surat An-Nisa’;56; yang artinya:” sesungguhnya mereka yang kafir kepada ayat-ayat atau tanda bukti Kami, mereka akan masukkan merka setiap kali kulit-kulit mereka menjadi masak, Kami ganti mereka itu dengan kulit lain agar mereka dapat merasakan siksa yang sedang mereka derita; sungguh Allah Maha Menang lagi Maha Bijaksana”
Dalam ayat lain (Al-Haj; 19-23)

Siksaan Allah di dalam neraka, bergantung dari amaliah seseorang di dunia dan atas kehendak Allah, seperti QS an-nisa’; 168-169, al-an’am; 128 dan surat al-anbiya’;47.


D. Hikmah adanya surga dan neraka

Gambaran-gambaran Allah tentang surga dan neraka pada hakikatnya untuk memancing semangat manusia agar berlomba-lomba menuju keridaan Allah dan selalu waspada tentang makna semua yang dilakukan. Sebab semua aktivitas manusia tidak lepas dari penilaian Allah yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk balasan yang berupa surga atau neraka. Hal ini difirman Allah sebagai berikut: Itulah prinsip dasar yang harus diketahui manusia yang mempercayai adanya hari akhir yang akan dibuktikan dengan imbalan surga atau neraka.







IMAN KEPADA QADLA’ DAN QADAR

A. Pengertian iman kepada qadla dan qadar
Yang dimaksud dengan qadla’ dan qadar adalah kehendak Allah yang azali menciptakan sesuatu dalam bentuk tertentu (qadla’) kemudian Allah menjadikannya dalam wujud nyata yang konkret sesuai kehendak yang azali itu (qadar) . Dengan kata lain qadla’ artinya ”ketetapan, keputusan atau kepastian”. Sedangkan qadar artinya ”kadar, ketentuan dan ukuran”. Jika kedua kata tersebut dihubungkan dengan kata Allah, qadla Allah artinya ketetapan Allah, keputusan Allah dan kepastian Allah. Maksudnya ialah Allah telah memberi kadar, memberi ukuran, memberi batas tertentu dalam diri, sifat ataupun kemampuan maksimal makhluknya.
Secara konkret, qadla Allah tentang sifat alam dan makhluk misalnya air menyebar, naluri manusia seperti naluri berkelompok, naluri bertuhan adalah merupakan kepastian Allah terhadap alam dan manusia yang tak dapat dihilangkan. Adapun tentang qadar, ketentuan Allah, misalnya kapan seseorang melaksanakan perkawinan, kapan manusia akan mati,kapan seseorang akan mempunyai keturunan, kesemua ini hanya Allah yang tahu (qadar/takdir Allah)
Sebagaimana dikatakan Imam ar-Raghib, bahwa Allah SWT mentakdirkan segala sesuatu dalam dua cara yaitu:
1) Memberi qudrah atau kekuatan pada segala sesuatu
2) Membuat segala sesuatu dengan ukuran tertentu dan dengan cara tertentu. Contoh biji padi akan ditakdirkan dapat menumbuhkan pohon padi, demikian juga sperma manusia melahirkan manusia.
Dengan demikian qadla adalah kata yang mengacu kepada keputusan Allah, sedangkan qadar atau takdir adalah kata yang mengacu kepada ukuran atau ketentuan yang mengenai segala sesuatu dari Allah.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa segala makhluk telah ditetapkan takdirnya di antaranya adalah berikut ini :

Demikian juga matahari dan bulan telah ditentukan oleh Allah sebagai berikut :

Bahkan segala sesuatu yang ada telah ditetapkan Allah SWT, sebagaimana firmanNya:
Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan kata qadar di dalam Al-Qur’an dengan berbagai macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah untuk menentukan ukuran, susunan, undang-undang terhadap segala sesuatu, termasuk hukum sebab dan akibat yang berlaku bagi segala yang maujud, baik makhluk yang hidup maupun yang mati. Periksa QS ar-Ra’d; 8, al-hijr;21, al-qamar;49, at-talaq;3
Sementara itu , qadar dapat dikelompokkan menjadi empat peringkat, yaitu seperti berikut :
1) Ilmu
Kita percaya bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, termasuk juga proses kejadiannya. Hal tersebut sesuai sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut :
Apa kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi... ( al-hajj; 70 )
Dialah Allah yang tiada Tuhan ( yang berhak disembah ) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ( Al-Hasyr;22)
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahui kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun yang gugur melainkan Dia mengetahui (pula) , dan tidak jatuh sebutir biji dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang yata ( lauh mahfudz ) QS al-an’am;59.

2) Kitabah
Kita mempercayai bahwa Allah SWT telah menulis segala sesuatu di lauh mahfudz, dan tulisan itu akan tetap ada sampai hari kiamat, Allah telah menuliskan apa yang telah terjadi dan apa apa yang akan terjadi di masa yang akan datang . Mengenai hal ini telah difirmankan Allah seperti berikut ini:

Apa kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan dibumi, bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab ( lauh mahfudz ) sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah ( Al-hajj;70 )

Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula ) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh mahfudz) sebelum Kami menciptakanmu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (al-hadid;22)

3) Masyiah
Kita perrcaya bahwa Allah SWT telah menentukan segala sesuatu baik di langit maupun di bumi sesuai dengan kehendaknya. Sesuatu akan terjadi bila Allah menghendaki-Nya , begitu juga segala sesuatu pasti tidak akan terjadi jika Allah tidak menghendaki. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini :
Dan kamu tidak mampu ( menempuh jalan itu ) kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (al-Insan;30 )
Yaitu bagi siapa di anatara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki ( menempuh jalan itu ) kecuali apabila dikehendai Allah SWT Tuhan semesta alam (at-takwir; 28-29 )





4) Al-Khilq

Kita percaya bahwa Allah telah menjadikan segala sesuatu, selain Allah adalah makhluk, sedangkan Allah SWT adalah khaliq . Allah SWT telah berfirman sebagai berikut :

Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci( perbendaharaan ) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah,mereka inilah orang-orang yang merugi. ( azzumar;62-63)

...Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (al-furqan; 2)

Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu ( as-shaffat; 96 )

Ke-empat peringkat di atas meliputi perkataan, perbuatan dan apa-apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukan hamba-hamba-Nya telah diketahui Allah, telah ditulis di sisiNya, telah dikehendaki-Nya serta telah diciptakanNya.


B. Kedudukan Qadla dan Qadar Dalam Kehidupan Manusia

Manusia memiliki kemampuan yang terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah, misalnya, manusia tidak dapat terbang. Hal ini merupakan salah satu ukuran atau kemampuan yang diberikan Allah kepada manusia, dan ia tidak mampu untuk melampuinya, kecuali jika ia menggunakan akal untuk menciptakan alat. Namun akalpun mempunyai ukurang yang sangat terbatas.
Di sisi lain , manusia berada di bawah hukum-hukum Allah sehingga segala yang dilakukannya tidak akan terlepas dari hukum-hukum Allah yang telah mempunyai kada dan ukuran tertentu. Hanya saja, karena hukum-hukum tersebut cukup banyak dan manusia diberi kemampuan untuk emilih, manusia dapat memilih mana di antara takdir yang ditetapkan Allah terhadap alam tersebut . misalnya, api diciptakan Allah panas dan membakar, sedangkan angin ditetapkan Allah dapat menimbulkan kesejukan dan udara dingin, dan itu merupakan takdir Allah. Manusia boleh memilih api yang membakar atau angin yang menyejukkan . di sisnilah pentingnya pengetahuan bagi manusia dan perlunya petunjuk dari Allah SWT.
Umar bin Khattab membatalkan rencananya untuk berkunjung ke Syam, Siria, Palestinan dan sekitarnya karena di sana terjadi wabah. Ketika ada seseorang yang bertanya apakah engkau akan lari dari takdir Allah ? Umarpun menjawab saya lari menghindar dari takdir Allah kepada takdir Allah yang lain. Demikian seterusnya saudara bisa menganalogkan peristiwa yang terjadi di sekitar saudara.

C. Fungsi Ikhtiar dan Do’a

Dalam memecahkan asalah-masalah kehidupa, Allah telah memberikan 2 (dua ) cara, yaitu pertama melalui usaha, kerja keras atau ikhtiar, dan kedua dengan cara meminta pertolongan Allah melalui berdo’a.

Ikhtiar
Manusia adalah merupakan makhluk musayyare artinya tidak mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak. Semua telah dibentuk dan ditentukan sebagai benda , hewan dan tumbuh-tumbuhan . di sisi lain manusia adalah makhluk mukhayyar artinya memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak.
Manusia tidak mempunyai kebebasan untuk menolak atau menerima misalnya tentang kelahirannya di dunia, sebagai laki-laki atau perempuan, anak si fulan bukan si falan, gerak-gerik reflek organ tubuhnya, warna kulitnya, ukuran tubuh tinggi atau pendek, kematiannya dan lain sebagainya. Untuk hal ini Alah sama sekali tidak pernah meminta pertanggungjawaban. Firman Allah yang menjelaskan bahwa perbuatan manusia adalah ikhtiar dari manusia iytu sendiri.
a) Allah SWT telah menetapkan adanya kehendak dan kemauan manusia dalam setiap perbuatannya :

b) Perintah atau larangan dari Allah kepada hambanya berdasarkan pertimbangan agar manusia dapat memilih. Kalau bukan untuk memilih tidak perlu adanya perintah atau larangan, sebab berarti Allah menyuruh untuk sesuatu yang tak mungkin , dan hal ini merupakan mustahil bagi Allah. Allah berfirman sebagi berikut :

c) Pujian orang yang berbuat baik dan celaan bagi orang yang berbuat jelek serta menetapkan sesuai dengan perbuatan manusia.Jika suatu perbuatan terjadi buka atas kehendak dan ikhtiar manusia, pujian dan celaan itu, dan sesuatu yang tidak berarti adalah mustahil bagi Allah. Allah berfirman :

Do’a

Cara kedua untuk memecahkan masalah adalah dengan berdo’a kepada Allah . berdo’a adalah meminta kepada Tuhan Allah dengan lafadz-lafadz dan kata-kata yang tidak mengikat , dengan kata-kata yang ” ber-nash´ ( sesuai al-Qur’an ) dan sebagai ibadah kepada Allah. Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman agar berdo’a kepada Nya dengan ikhlas sebagaimana firmanNya

Kekuatan do’a bukan hanya terletak pada kata-kata atau kalimat yang dibaca, tetapi juga kekuatan iman, ikhlas dan keyakinan orang yang berdo’a




D. Himah Iman kepada Qadla dan Qadar

Di antara hikmah iman kepada qadla dan qadar adalah sbb:
1) Akan dapat mendorong manusia untuk mengadakan penelitian-penelitian terhadap benda-benda alam dan hukum-hukum Allah yang ada dalamAl-Qur’an
2) Akan dapat mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan akherat
3) Semakin mendekatkan diri kepada Allah yang memmiliki kekuasaan, kehendak mutlak ,kebijaksanaan, keadilan dan kasih sayang kepada manusia
4) Menanamkan sikaptawakkal ( pasrah ) kepada Allah , karena manusia hanya dapat berijhtiar dan berdo’a kepada Allah
5) Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup bagi manusia, demikian juga saat menerima musibah

Yogyakarta,29 Desember 2009
Sri Haningsih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar